Menu

Tentang Edwar Firmansyah (Uchiha Sasuke)

Sunday, September 18, 2016

CONTOH TEKS DRAMA SEDERHANA

asalamualaikum wr, wb.
senang sekali anda dapat berkunjung di blog sederhana saya. hehee.. bicara tantang drama, saya pernah membuat tugas kelompok untuk membuat dan bermain drama. yaa.. menurut saya gampang-gamoang susah membuat teks drama itu, apalagi kita menciptakan suatu karakter sendiri dan mencoba untuk berfokus pada ide cerita, meurut saya itu hal-hal yang sulit dalam mebuat teks drama. ya, apa boleh buat tugas harus diselesaikan kan? apalagi guru bahasa indonesia nya rada galak yaa,, (pengalaman)
soo, langsung ke inti, judul drama ini adalah "USTADZ DADAKAN"  dimaklum ya, saya buat ini dalam waktu yang mendesak,hehe,,
silahkan kalo perlu ambil, tapi jangan lupa tinggalkan komentar ya...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

USTADZ DADAKAN
Inilah kisah perjalanan hidup seorang pemuda yang bernama Bejo, sulitnya hidup ini dia jalani, memaksa dia untuk bekerja keras, namun ketidak beruntungannya membuat dirinya berfikir keras dan akhirnya dia hanya bisa jadi pengemis. Awal kisah dimulai dari sebuah kota, siang itu hari yang terik, dengan badan bungkuk, kurus kering, tak terawat, tangan hanya bisa mengadah ke langit. Keramaian hanya lewat begitu saja, kadang ada pula yang merasa iba, kadang pula dia menghampiri dengan wajah memelas,

Bejo          :               (mengetuk kaca mobil) “pak.. minta paak.. saya belum makan sudah 1 minggu”
Ero             :               (membuka kaca mobil) “apa-apaan kamu minta-minta? Pergi..!!”
Bejo          :               “tolong lah pak.. kasihani saya.. untuk membeli sesuap nasi, saya gak bisa apa-apa”
Ero             :               (kesal) “apa? Sekarang kamu bisa berjalan untuk meminta-minta, kenapa kamu tidak bekerja?? Orang seperti kau ini tak pantas dikasihani”
Bejo          :               (dalam hati) “sombong sekali orang ini, tapi ada benarnya.. apakah saya bisa berubah?  Sudah 2 tahun aku hidup hina seperti ini”

Sambil merundukan kepala Bejo meninggalkan mobil tersebut dengan mengelus dada, dalam fikirnya keinginan untuk berubah telah ada, namun apa daya keadaan yang memaksanya, dia terus berjalan menyusuri pinggiran jalan dengan lesu, tiba tiba dia menabrak seseorang yang dia tak kenal.

 Brrukk…!!! (bejo terjatuh)
Ustadz     :               “maaf nak.. bapak gak lihat ”
Bejo          :               (menadahkan tangan) “pak.. minta paak.. belum makan 1 minggu pak..”
Ustadz     :               (heran)” ya ampun nak..kenapa bisa, subhanalaah, saya salut sama kamu, saya juga yang terbiasa berpuasa masih terasa lapar”
Bejo          :               “emmmm…(bingung) kasihani saya paak.. seikhlasnya”
Ustadz     :               “kamu ikut bapak saja nak..! tempat tinggal bapak tak jauh dari sini, siapa nama mu nak?”
Bejo          :               “nama saya bejo pak, terima kasih pak saya mau ikut dengan bapak”
Ustadz     :               “ayo berdiri, ikut dengan bapak”(sambil memegang pundak bejo)

Berjalanlah mereka, menyusuri jalan setapak, diantara gang antara perumahan, dan tibalah mereka di sebrang jalan, dan di bukannya gerbang yang besar lantas masuklah mereka, terlihat halamannya yang begitu luas, dengan barisan pohon mangga dalamnya, membuat suasana disana teduh dan nyaman, menyusuri halamannya yang luas, terlihatlah bangunan megah .

Bejo          :               (dalam hati) “luar biasa, baru ku lihat rumah seseorang begitu luas, megah, pasti bapak ini orang kaya”
Ustadz     :               “alhamdulilah kita sampai juga, ayo masuk nak, kamu pasti sedang kelaparan”
Bejo masuk dalam rumah tersebut
Ustadz     :               (membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk, dan segelas teh) “ini nak bapak ambilkan”
Bejo          :               “terima kasih bapak..!” (sambil memakan dengan lahap)
Ustadz     :               (dalam hati) “kasihan pemuda ini, apakah baiknya saya ajak dia untuk tinggal bersama?”
Setelah beberapa menit Bejo selesai makan dan rehat mencerna makanan.
Ustadz     :               “nak bejo, selama ini kamu tinggal dimana?”
Bejo          :               “saya tinggal di emperan toko dengan alas seadanya, dan seringkali saya dikejar-kejar kantip”
Ustadz     :               “memang kamu tidak bekerja nak?”
Bejo          :              “dulu saya bekerja menjadi OB, tapi penghasilannya tak sesuai dengan kebutuhan saya sehari-hari, lalu saya mendaftar menjadi TKI dengan uang tabungan saya, tapi saya di tipu, terpaksa saya mengemis, berharap mendapat uang dari buah iba seseorang.”
Ustadz      :             “astgfirulaah, apakah kamu sadar apa yang kamu kerjakan itu salah, kamu merendahkan derajat manusia yang mulia, apalagi kamu masih bisa bekerja yang lain?”
Bejo          :               “sebenarnya saya sadar, saya ingin berubah, tapi sayaharus makan”
Ustadz     :               “benar kamu ingin berubah? Sekarang kamu mandi, bersihkan diri mu mari bapak tunjukan ini handuk dan baju ganti untuk kamu”
   Bejo masuk ke kamar mandi dan melihat kamar mandi yang begitu luas bejo merasa kagum
Bejo          :               “kamar mandinya pun sebesar ini, ckcck”
   Bejo membersihkan dirinya, dan memakai baju muslim dan sarung dari ustadz, berhadapan dengan cermin,
Bejo          :               “ternyata saya ganteng juga kalau mandi, euhh.. gak nyangka(bicara sendiri)
   Tiba tiba pintu terbuka, dan masuklah seorang perempuan belia dan berjilbab,
Hanifah    :               “astagfirulah aladzimm.. maaf saya tidak tahu, (kaget,sambil memalingkan wajah)
Bejo          :               “tidak apa-apa, saya yang salah tidak mengkunci pintu.
Hanifah    :               “ia maaf-maaf (sambil menutup wajah dengan mukena, dan menutup pintu lantas pergi)”
Bejo          :               “(dalam hati) cantik sekali gadis itu, apakah dia putri pak ustaadz?”
   Tak lama pak ustad dating dan memanggil bejo,
Ustadz     :               “nak, sudah mandinya?
Bejo          :               (membuka pintu) “sudah pak”
Ustadz     :               “subhanallah, kamu kalau pakai koko ini ganteng dan rapi sekali”
Bejo          :               “terimakasih pak, kalau bukan bapak yang memberi ini saya ga tau, apakah saya bisa terlihat serapi ini”
Ustadz     :               “sama-sama, ayo ikut bapak ke ruang tamu”
   Sesampainya di ruang tamu
Ustadz     :               “silahkan duduk nak !”
Bejo          :               “terimakasih pak”
Ustadz     :               “bapak punya usulan, bagaimana kalau kamu tinggal di sini?”
Bejo          :               “tinggal di rumah bapak ini?” (kegirangan)
Ustadz     :               (menahan tartawa) “rumah saya? Bukan nak ini pesantren yang saya urus sejak lama! Jadi dari tadi kamu mengira ini rumah bapak?”
Bejo          :               “oh jadi ini pesantren?” (sedikit tertawa)

   Di tengah kehangatan bersenda gurau antara pak ustadz dan bejo datanglah Hanifah membawa 2 cangkir teh manis, dengan sopan Hanifah memberikan suguhan kepada pak ustadz dan bejo.

Ustadz     :               “nah.. ini putri bapak, namanya hanifah, hanifah ini bejo tamu kita”
Bejo          :               (dalam hati)” inikan yang tadi masuk ke kamar mandi”
                                   Nama saya bejo (sambil menjulurkan kedua tangan berharap bisa bersalaman tangan dengan hanifah)
Hanifah    :               “hanifah” (sambil menjulurkan tangan tapi tak mengenai tangan Bejo)
Ustadz     :               (melihat itu) “sudah jadi tradisi dan syariat islam antara pria dan wanita yang tidak ada ikatan perkawinan untuk membatasi diri masing masing,
                                   Bukan muhrimm.”
Bejo          :               ( tersenyum malu) “hehe… pengetahuan saya memang dangka, apalagi tentang agamal”
Ustadz     :               “kalau begitu tawaran bapak bisa kamu terima kan? Selain bisa menetap disini kamu juga akan belajar agama bersama santri lain”
Bejo          :               “suatu keberuntungan saya bisa disini, saya akan belajar dengan sungguh sungguh”
Ustadz     :               “kalau begitu mulai besok kamu bisa mulai belajar, kebetulan istri saya belum datang dari Depok, menjenguk sanak saudara yang sakit, biasanya dia
sering mengajar di pesantren ini, saya juga sekarang tidak sempat Karena banyak undangan berda’wah di hajatan, sekarang mari kita sholat ashar dulu”

   Keesokan harinya bejo mulai mencari pengetahuan tentang islam di perpustakaan pesantren di saat itu juga dia mulai sering bertemu dengan hanifah, dan hanifah pun selalu membantu bejo dalam memperdalam ilmu agama islam.

Hanifah    :               “ini semua pengetahuan dasar tentang agama islam, bisa kakak baca,”
Bejo          :               “terima kasih Hanifah, kakak pasti akan baca”

   Hari demi hari bejo lewati dengan mencari ilmu, dan Hanifah pun dengan setia menemani bejo, memberikan ilmunya. Perlahan namun pasti perasaan muncul diantara mereka, namun perasaan merekan dibatasi, mereka menyimpan rasa terus menerus.

   Ibu maryam pun telah datang, ibu maryam telah mengetahui tentang bejo, dan dia pun mengajari bejo bersama santri lainnya

Maryam  :               “….jadi dalam setiap perbuatan kita, kita harus menanamkan taqwa tehadap ALLAH SWT dilandasi iman dan kejujuran adalah modal kita untuk
Hidup bahagia di dunia dan di Akhirat.
Bejo          :               (mengacungkan tangan) “maaf bu, saya kurang faham tentang kejujuran yang bisa membawa kita dalam kebahagiaan dunia akhirat, bagaimana
maksudnya?”
maryam   :               (senyum)” jadi begini nak, orang jujur pastilah dapat dipercaya, bisa memegang amanat dengan baik, hidupnya banyak teman, dan kejujuran adalah
modal kita menabung amalan baik untuk di akhirat kelak”
bejo          :               “oh jadi begitu, terimakasih saya mengerti sekarang”

   setelah mengajar bu maryam pun menemui pak ustadz di ruangannya,

maryam   :               “anak bernama bejo itu kayaknya orang baik, pandai, dan sopan. Susah di percaya kalau tadinya dia hanya seorang pengemis,”
ustadz      :               (sambil membaca Koran) “hidayah dari ALLAH itu datang kepada siapa saja buu..!”
maryam   :               “ wajahnya juga tampan, kalau berjodoh dengan anak kita pastilah sangat serasi”
ustadz      :               “bapak juga memikirkan hal yang sama, apalagi bapak perhatikan mereka juga dekat, dari pada menjerumuskan dalam zina, apa baiknya kita
                                   jodohkan saja??
Maryam  :               “ibu setuju dengan ide bapak”

   Mendengar hal itu hanifah dan bejo sangat terkejut, terlebih lagi bejo yang sangat tak menyangka apa yang dia harapkan bisa terwujud juga,

Bejo          :               “alhamdzulilah, akhirnya doa kita dikabulkan, mulai besok kita akan dihalalkan”
Hanifah    :               (hanya diam dan tersenyum malu)

   Pernikahan pun terjadi, mereka menjadi keluarga yang bahagia,
Seiring berjalannya waktu, bejo sebagai menantu pak ustadz sering mengantar pak ustadz berdakwah, disanalah juga bejo belajar bedakwah walau hannya  dengan melihat.

   Namun pada saat mengantarkan pak ustadz ke acara salah seorang pejabat kaya yang syukuran atas istrinya yang hamil 7 bulan, bejo bertemu dengan ero yaitu orang yang menghinanya pada saat dia menjadi pengemis. Dan ternyata dia adalah pemilik acara tersebut.

Ero             :               “rasanya saya pernah melihat anda, tapi di mana?”
Bejo          :               “ya.. saya adalah pengemis itu.”
Ero             :               “subhanalah.. kamu menjadi seperti ini??” (heran)
Bejo          :               “ini berkat kata-kata dari anda yang membuat saya ingin berubah”
   Mendengar hal itu pak ustadz termenung, dan munculah ide dari pak ustadz
Ustadz     :               “waktunya sudah tiba, bagaimana kalau kamu yang menggantikan pak ustadz bejo??”
Bejo          :               “saya?? Apakah saya bisa”
Ero             :               “tentu saudaraku.. anggap saja ini permintaan maaf saya”
Ustadz     :               “tunggu apa lagi, ini kesempatan mu, sebarkanlah ilmu yang kamu ketahui, insyaalah ALAH meridhoi”
Bejo          :               (menarik nafas panjang)“ baiklah, bismilahirahmanirahiiim..”
   Masuklaah bejo ke mimbar dakwah, penonton keheranan, dengan sambutan-sambutan layaknya orang yang sudah berpengalaman,  penonton pun berdecak kagum melihatnya, apalagi dia sempat menceritakan masa masa pahit hidupnya sampai sekarang ini, dan penontonpun menyusut air matanya.,
Tak di sangka pengalaman berdakwah yang pertama kali itu sangat berkesan, sejak itu tawaran berdakwah terus berdatangan, dan bejo menjadi tenar, walau begitu bejo tak pernah sombong, karena dia tahu kesombongan merupakan awal kehancuran.

 sejak saat iti bejo dikenal sebagai ustad yang pintar dan tampan. Keluarganya pun bahagia.

No comments:

Post a Comment